Welcome...

"..disanalah sebuah asa dan rasa tersimpan..disana pulalah kelembutan itu ada...dan disana jualah dimana Tuhanmu menghembuskan bisikan kebenaran.. kau semestinya tahu, bahwa dia adalah hatimu..."

Kamis, 22 Maret 2012

Tuhan Memberikan Kita “Apa Adanya”

Tuhan Memberikan Kita “Apa Adanya”

Tuhan memberikan kita segala yg ‘apa adanya’,,apa saja??
Tuhan memberi kita mata ‘apa adanya’ yg dengannya kita bisa melihat apapun, alam semesta, dan segala yg tercipta, pun setiap keindahan, bahkan taburan halus debu-debu yang beterbangan dapat kita lihat dengan pemberian penglihatan yg ‘apa adanya’...
Tuhan memberi kita telinga ‘apa adanya’ yg dengannya setiap detak jarum jam pun dapat kita dengar dengan pemberian pendengaran yg ‘apa adanya’...
Tuhan memberi kita hidung ‘apa adanya’ yg dengannya kesegaran aroma lembut tanah basah yg terpercik oleh rintik hujan mampu kita hirup dengan pemberian penciuman yg ‘apa adanya’..
Tuhan memberi kita mulut ‘apa adanya’ yg dengannya kita menumpahkan setiap keluh tanpa pernah terbungkam oleh apapun, dengan pemberian pengucap yg ‘apa adanya’...

Tuhan memang memberikan segalanya pada kita dengan ‘apa adanya’....lalu apalagi???

Tuhan pun memberikan kita keluarga yang ‘apa adanya’,....
Seorang ayah yg dengan setiap tetesan peluh keringatnya tak pernah dirasakan, selain hanya tergambar senyum syukurnya atas sepeser nafkah untuk kita, penghabisan tenaga untuk seporsi hidangan makan kita, pengerasan otot untuk segelas minuman kita, dan pengurasan fikiran untuk baju baru kita. Itulah yang Tuhan telah berikan, sosok ayah yang ‘apa adanya’...

Tuhan tak lupa pula memberi kita seseorang yang kita sebut ibu, juga ‘apa adanya’..
Sesosok ibu dengan segala aktifitasnya..., memasak untuk setiap senyuman kita, mencuci untuk setiap kenyamanan kita, menguras bak mandi untuk  setiap kesehatan kita, merapikan tempat tidur untuk setiap kata lembut yang keluar dari mulut kita. Tangannya pun mulai kasar dan hitam, ototnya menonjol, kulitnya keriput,  dan mata yang sayu, apalagi, kalo bukan karena setiap aktifitasnya yang ‘apa adanya’ tapi sungguh melelahkan, dia hanya mampu memberi kasih sayang yang dititipkan Tuhan untuk diberikan pada kita, sederhana saja, dari seorang ibu yang ‘apa adanya’...

Tuhan juga memberikan kita kakak-adik ‘apa adanya’, bukan?

Kakak yang selalu cerewet untuk setiap sayangnya, dia yang selalu identik dengan bentuk larangan apapun untuk kebaikan kita. Adik? Ya...dia hanyalah seorang adik yang susah diatur tapi mengajari kita cara bersabar sekaligus cara menjadi teladan. Ah, mereka selalu berbeda dengan kita, dan selalu tak sependapat dengan jalan pikiran kita, mereka sangat ‘apa adanya’...tapi menjadikan kita tahu, bahwa tidak akan pernah ada yang benar-benar sama di dunia ini. Kadang mereka cukup keterlaluan dan menjengkelkan, tapi sikapnya membuat kita yakin bahwa kita harus hidup dengan jiwa pemaaf dan saling mengerti. Mereka juga terkadang terlihat polos, tapi itu membuat kita mengerti bahwa ada banyak hal baik di dunia ini yang bisa kita pilih dengan positive thinking.

Yaah...mereka ‘apa adanya’, kadang bersikap sangat tak peduli, tapi itu menyadarkan kita bahwa hidup tak pernah meminta kita untuk saling memusuhi, dan ketidakpedulian mereka membuat kitapun sadar bahwa ikatan kita dengan mereka tak pernah bisa terlepas kecuali kita sendiri yang memilih untuk melepaskan diri. Mereka ‘apa adanya’...yg dengannya kita bisa belajar menempatkan diri pada posisi yang sesuai dalam perbedaan lingkup keluarga dan di luar keluarga. Ya, lagi lagi...kakak-adik kita adalah orang-orang yang diberikan Tuhan dengan ‘apa adanya’...

Tentunya ingat bukan, bagaimana kita tumbuh dalam lingkungan yang ‘apa adanya’??

Betul, lingkungan kita hanyalah sebuah desa yang dikelilingi oleh pohon pisang, bambu, dan beberapa rumah yang sama-sama sederhana di sekeliling kita. Tuhan memberikan lingkungan yang ‘apa adanya’....tapi lingkungan itu membebaskan kita untuk memilih permainan apapun yang kita suka, petak umpet, kelereng, lompat tali, sangat sederhana bukan? Tapi permainan itu menjadikan kita belajar bersikap sportif, tanpa memberikan dampak apapun selain hanya peristiwa terjatuh karna berlari-larian, lalu kitapun belajar berperan menjadi seorang dokter-dokteran. Seperti itulah Tuhan menempatkan kita pada lingkungan yang ‘apa adanya’..
Uang? apakah kita termasuk anak konglomerat? Jelas, bukan. Kita hanya terlahir dalam keluarga dengan ekonomi kelas menengah, atau bahkan kelas ekonomi menengah ke bawah. Ayah kita terkadang harus meminjam uang pada rekan untuk dipakai membayar SPP kita. Bayar pinjaman. Pinjam lagi. Bayar lagi. Ya..ya..lagi lagi Tuhan memberikan kita kemampuan finansial yang ‘apa adanya’, tapi itu memaksa kita untuk belajar mengatur keuangan dan mengalokasikannya dengan tepat sasaran, mengajari kita untuk berhemat dan memanfaatkan segala hal yang masih berfungsi dengan baik. Dan itupun membuat mata kita terbuka bahwa masih banyak orang-orang di luar sana yang memiliki permasalahan ekonomi jauh lebih buruk dibanding kita, bahkan sangat buruk. Menjadikan kita menyadari suatu hal bahwa dalam hidup berdampingan, kita musti saling berbagi. Ya begitulah Tuhan memberikan kita materi yang ‘apa adanya’....
Lalu bagaimana dengan sahabat? teman-teman?
Haahh...mereka pun juga ‘apa adanya’, bukan orang kaya, tidak jenius,..hmm..tapi mereka bermacam-macam, terlalu kompleks kalau harus disebutkan karakter mereka satu per satu. Ya yang pasti merekapun ‘apa adanya’, mereka hanya bisa mendengarkan celoteh kita, menjadi tempat curahan hati kita, dan mereka hanya bisa membuat kita sesekali tertawa, bahkan terkadang menangis, tapi membuat kita paham apa itu kebersamaan dan saling menghargai perbedaan. Tuhan memang sengaja memberikan kita teman-teman yang sungguh ‘apa adanya’...

Tuhan memberikan kita segalanya yang ‘apa adanya’...namun membuat kita mengerti banyak hal bukan? –apa- dan –adanya-. Dua kata singkat yang sederhana lantas menjadi pedoman untuk memaknai segala hal secara sederhana dan biasa. Tapi pernahkan kita menganggap ‘apa adanya’ itu bersamaan arti dengan ‘segalanya ada’?? tidak. Tak pernah. Kalaupun iya, pasti kita hanya sedang melirik kata tersebut. Jelas, tak ada arti lain selain kata ‘biasa saja’. Tapi apakah cukup sampai disini?tidak.

Dalam sistem makro cosmos, dalam lingkup kesemestaan, kita sering tertipu dengan pandangan pada suatu objek yang besar, luas, tinggi, dan itu menutupi pandangan kita yang semestinya. Jika kita melihat seekor gajah, maka kita secara langsung hanya memandang gajah itu saja, tanpa kita peduli apa yang ada di sekitar gajah tersebut. Kita hanya melihat gajah tanpa mau tahu banyaknya semut yang ada di bawahnya. Besar dan kecil. “ah, semut kan sudah biasa kita lihat..”, tapi apa dengan begitu lantas kita menyimpulkan bahwa “gajah itu lebih istimewa dari semut”. Benarkah??tidak. bahkan hewan sekecil itu mampu mengajarkan kita tentang kebersamaan, kerukunan, dan saling menghormati. Dan justru dari hewan sekecil itu, semestinya kita sadar betapa Maha Agungnya Tuhan kita yang mampu menciptakan hewan sekecil semut dengan struktur organ (mini) yang sedemikian rupa sehingga tak kalah hebatnya dengan hewan-hewan besar lainnya.

Singkatnya, dari yang kecil, kita justru sering melupakan pelajaran berharga dari sana. Imbasnya, kitapun sering menyepelekan hal-hal kecil dalam hidup kita. Kita terlampau mengunggulkan yang ‘besar’ dari yang ‘kecil’, yang ‘tinggi’ dari yang ‘pendek’, yang ‘luas’ dari yang ‘sempit’, dan itulah yang seringkali menelikung arah kesadaran kita dalam memandang realita yang ada.

Seekor semut tidaklah berarti ‘apa adanya’ tapi memang benar-benar ‘ada’ dengan segala hal ’besar’ di dalamnya.

So....? kita tak perlu menyesali segala yang ‘apa adanya’ dalam diri kita, tapi bicaralah bahwa kita punya ‘segalanya yang memang benar-benar ada’. Kita tak perlu menyesali takdir yang telah terjadi pada diri kita. Kitapun tak perlu memikirkan apa  yang akan terjadi di hari esok, karna yang harus kita lakukan hanyalah bersyukur dan menikmati ‘segalanya yang ada’ saat ini, lakukan apa yang ingin dilakukan, katakan apa yang ingin dikatakan, dan tebarkanlah senyuman yang ‘apa adanya’ pada sekeliling kita. Detik ini juga! ..^^..



Catatan secangkir kopi sebelum tidur,
02.18, 01/03/12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar